Choose the language below for translate (pilih bahasa untuk menerjemahkan).

Saturday, December 25, 2010

Kisah Musab bin Umair

Musab bin Umair adalah sahabat Rasulullah yang sangat terkenal dan menjadi teladan kepada umat Islam sepanjang zaman. Sebelum memeluk Islam, Musab terkenal sebagai orang yang berperawakan lemah lembut, suka berpakaian kemas, mahal dan indah. Malah dia selalu berlomba-lomba dengan kawan-kawannya untuk berpakaian sedemikian. Keadaan dirinya yang mewah dan rupanya yang tampan menyebabkan Musab menjadi disukai gadis di Makkah. Mereka sentiasa berangan-angan untuk menjadi isterinya.

Musab adalah anak yang paling disayangi ibunya dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Apa saja yang ia minta tidak pernah ditolak oleh sang ibu. Namun setelah mereka tahu bahwa Musab telah masuk Islam ibunya begitu marah. Ibu dan ayahnya kemudian mengurung dan menyiksa Musab selama beberapa hari dengan harapan dia akan meninggalkan Islam. Bagaimanapun tindakan itu, tidak sedikit pun melemahkan keyakinannya. Pujukan dan ancaman ibunya tidak berkesan. Mereka sudah habis ikhtiar lalu membebaskannya buat sementara.

Tindakan ibunya tidak sedikit pun menimbulkan rasa takut pada Musab untuk meninggalkan Islam, namun justru sebaliknya dia tidak jemu-jemu membujuk ibunya memeluk Islam karena rasa sayangnya ia pada ibunya. Musab membuat pelbagai ikhtiar tetapi semua tindakannya hanya menambah kemarahan dan kebencian ibunya terhadapnya.

Pada suatu hari Musab melihat ibunya dalam keadaan pucat pasi. Dia pun bertanya pada ibunya mengapa ibunya bias jadi seperti itu. Kemudian ibunya berkata bahwa dia telah berniat di hadapan berhala bahwa dia tidak akan makan dan minum hingga Musab bersedia meninggalkan Islam.

Coba bayangkan bagaimana jika anda berada di tempat Musab ketika itu, berhadapan dengan ibu yang sedang sekarat? Apakah jawapan anda? Apakah anda akan membiarkannya terlantar begitu? Atau mungkin anda punya jawaban lain yang akan membuatnya merasa gembira? Maka simaklah jawaban Musab kepada ibunya: “Andaikata ibu mempunyai seratus nyawa sekalipun, dan nyawa ibu keluar satu demi satu, niscaya aku tetap tidak akan meninggalkan Islam sama sekali.”

Akibat jawaban tersebut juga, Musab dihalau dan diusir keluar dari rumah ibunya. Tinggallah Musab bersama dengan Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat yang sangat lemah ketika itu.

Untuk meneruskan kehidupannya, Musab berusaha sendiri bekerja mencari nafkah dengan menjual kayu bakar. Ketika sampai berita ini kepada ibunya, dia sangat marah dan malu karena kebangsawanannya telah dicemari oleh sikap Musab. Saudara-saudara Musab juga sering menemui dan membujuknya supaya kembali menyembah berhala. Tetapi Musab tetap mempertahankan keimanannya.

Sewaktu ancaman dan siksaan kaum Quraisy atas kaum Muslim makin menjadi-jadi, Rasulullah telah mengarahkan supaya sebahagian sahabat berhijrah ke Habysah. Musab turut bersama-sama rombongan tersebut. Sekembalinya dari Habsyah, keadaan beliau semakin berubah. Kurus kering dan berpakaian compang-camping. Keadaan itu menimbulkan rasa sedih di dalam hati Rasulullah. Kata-kata Rasulullah mengenai Musab sering disebut-sebut oleh sahabat:Segala puji bagi bagi Allah yang telah menukar dunia dengan penduduknya. Sesungguhnya dahulu aku melihat Musab seorang pemuda yang hidup mewah di tengah-tengah ayah bundanya yang kaya raya. Kemudian dia meninggalkan itu semua karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.”

Ketika ibu Musab tahu mengenai kepulangannya, dia membujuk anaknya supaya kembali kepada berhala dengan mengutuskan adik Musab yang bernama al-Rum untuk membujuknya. Namun Musab tetap dengan pendiriannya. Dan ternyata tanpa sepengetahuan ibunya, al-Rum juga sudah memeluk Islam tetapi dia merahsiakannya. Sewaktu teerjadi perang Uhud, Musab ditugaskan memegang panji-panji Islam. Namun pada saat itu tentara Muslimin mengalami kekalahan. Tetapi Musab tetap tidak beranjak dari tempatnya dan menyeru: “Muhammad adalah Rasul, dan sebelumnya telah banyak diutuskan rasul.”

Ketika itu, seorang tentara berkuda Quraisy, Ibn Qamiah menyerbu ke arah Musab dan melibas tangan kanannya yang memegang panji-panji Islam. Musab menyambut panji-panji itu dan memegang dengan tangan kirinya sambil mengulang-ulang laungan tadi. Laungan itu menyebabkan Ibn Qamiah bertambah marah dan menebas tangan kirinya pula. Musab terus menyambut dan memeluk panji-panji itu dengan kedua lengannya yang telah putus hingga akhirnya Ibn Qamiah menikamnya dengan tombak. Maka gugurlah Musab sebagai syuhada' Uhud.

Abu al-Rum, Amir ibn Rabiah dan Suwaibit ibn Sad telah berusaha merebut kembali panji-panji tersebut saat jatuh ke bumi. Abu Rum telah berjaya merebutnya dan menyaksikan sendiri syahidnya Musab. Abu Rum tidak dapat lagi menahan kesedihan melihat kesyahidan kakaknya. Tangisannya memenuhi sekitar bukit Uhud. Ketika hendak dikafankan, tidak ada kain yang mencukupi untuk menutup mayat Musab. Keadaan itu menyebabkan Rasulullah tidak dapat menahan kesedihan hingga bercucuran air matanya. Keadaannya digambarkan dengan kata-kata yang sangat masyhur: Apabila ditarik ke atas, bahagian kakinya terbuka. Apabila ditarik ke bawah, kepalanya terbuka. Akhirnya, kain itu digunakan untuk menutup bahagian kepalanya dan kakinya ditutup dengan daun-daun kayu.

Demikian kisah kekuatan pribadi seorang hamba Allah dalam mempertahankan kebenaran dan kesucian Islam. Beliau jugalah merupakan pemuda dakwah yang pertama mengetuk setiap pintu rumah di Madinah sebelum berlakunya hijrah. Kisahnya menunjukkan usaha dan pengorbanannya yang tinggi untuk menegakkan kebenaran. Semua itu adalah hasil proses pendidikan yang dilaksanakan oleh Rasulullah.

Musab telah menjadi saksi akan ketegasan untuk mempertahankan aqidah yang tidak berbelah bagi Islam sekalipun teruji antara kasih sayang kepada ibunya dengan keimanan. Musab lebih mengutamakan kehidupan Islam yang serba sederhana dan kekurangan dibanding derajat tinggi dan kehidupan yang mewah. Dia telah menghabiskan umurnya untuk Islam, meninggalkan kehebatan dunia, berhijrah dzohir dan bathin untuk mengambil kehebatan ukhrawi yang sejati sebagai bekalan kehidupan dalam perjuangan yang tidak pernah padam.

Intisari:

  • Mati syahid merupakan cita-cita tertinggi umat Islam. Salah satu jalan menuju mati syahid adalah berjuang di jalan Allah.
  • Menurut istilah, syahid artinya berperang atau berjuang di jalan Allah membela kebenaran atau mempertahankan hak dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk menegakkan agama Allah.
  • Siapa yang berjuang membela harta miliknya, jiwanya, keluarganya, agamanya, dan meninggal dalam perjuangannya itu, maka ia meninggal fi sabilillah atau mati syahid .
  • Isy kariman au mut syahidan, hiduplah mulia atau mati syahid!. Kemuliaan hidup dan mati syahid hanya dapat digapai dengan satu jalan: berjuang di jalan Allah. (Sayid Qutb, Pejuang Islam dari Mesir)
    Al-Quran dan Sunnah sangat banyak dan sering sekali menggunakan kata jihad dalam makna pertempuran.
  • Enam keistimewaan yang mati syahid yaitu:

o Diampuni dosanya sejak mulai pertama darahnya mengucur

o Melihat tempatnya didalam surga, dilindungi dari adzab kubur

o Terjamin keamanannya dari malapetaka besar

o Merasakan kemanisan iman

o Dikawinkan dengan bidadari, dan;

o Diperkenankan memeberikan syafa’at bagi 70 orang kerabatnya.

  • Barangsiapa yang mati di jalan Alloh, mati karena penyakit tho’un, mati disebabkan penyakit di perut, orang yang tenggelam, mempertahankan hartanya maka dia syahid.
  • Menentukan syahid bagi seseorang, dengan menta’yin bahwa dia syahid, tidak boleh kecuali yang disaksikan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau umat sepakat atas kesyahidannya.

No comments:

Post a Comment

Mohon kritik dan saran serta kesan dan komentar anda setelah melihat dan membaca blog ini.. Terima kasih..,,
By: Hardi